Satuan Pendidikan : SMK BAGIMU
NEGERIKU SEMARANG
Mata Pelajaran :
Pendidikan Agama Kristen
Kelas : X (Sepuluh)
Modul : 01
Tahun Pelajaran : 2010-2011
Pokok Bahasan : Bertumbuh Menjadi Dewasa
a. Kedewasaan Fisik
b. Kedewasaan Emosi
c. Kedewasaan pola
pikir
d. Kedewasaan sosial
Standar
Kompetensi : Mewujudkan nilai-nilai
Kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan
kehidupan sosial dengan menunjukkan bahwa remaja kristen bertumbuh
sebagai pribadi dewasa yang tidak kehilangan identitas.
Kompetensi
Dasar : Menganalisis bertumbuh
menjadi pribadi dewasa dan memiliki karakter yang kokoh dengan pola pikir yang
komprehensif dalam segala aspek kehidupan.
Indikator
: Menerapkan arti
kedewasaa dalam kehidupan sehari-hari secara rohani dalam komunitas keluarga, sekolah
dan masyarakat sekitarnya.
Tujuan
Pembelajaran :
1.
Siswa dapat mendiskripsikan arti “dewasa”.
2.
Siswa dapat mendiskripsikan
arti dewasa secara psikologis dan rohani.
3.
Siswa dapat menguraikan ciri-ciri dewasa secara psikologis.
4.
Siswa dapat menguraikan ciri-ciri dewasa secara spritual.
5.
Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri umum kepribadian dewasa dan
tidak dewasa
Bacaan Alkitab :
Efesus 3:18-19, Ibrani 5:11-14, Mazmur 22:8-9, Efesus 4:12-13, Filipi 2:12-13,
1 Tesalonika 1:6-8, I Korintus 3:11, Kolose 2:7, Keluaran 2:23-3:14, Filipi
4:8-9.
Guru Mata Pelajaran : Dance Panduwal, S.Th, MA, M.Th
Bertumbuh Menjadi Dewasa
I. Kedewasaan Fisik
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang diawali dengan masa puber. Salah satu indicator kedewasaan seseorang adalah pertumbuhan fisik. Kedewasaan fisik dalam arti tersebut, tidak menunjukkan kedewasaan dalam segi emosi dan pola pikir. Pada masa pertumbuhan, tubuh manusia seperti tanaman yang akan menjadi layu apabila tidak dirawat. Supaya tubuh manusia menjadi sehat, bertumbuh dan berkembang, manusia harus mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, merokok, diet yang berlebihan dan bergaya hidup seks bebas. Tubuh merupakan karya Tuhan yang harus disyukuri keberadaannya. Karena itu, pelihara dan jagalah kesehatan tubuh.
Manusia secara individual adalah karya Allah secara khusu dan istimewa, beda dengan semua orang yang ada di muka bumi ini. Tuhan merencanakannya sedemikian rupa menurut
kekayaan kreasi-Nya sendiri. Jadi setiap
orang
harus menerima dan banggsa dengan
dirinya sendiri secara positif dan bernilai kristiani.
Beberapa keberadaan diri yang harus diterima
dan disyukuri:
1. Jenis Kelamin
Allah
menciptakan manusia sebagai
laki-laki dan perempuan.
Oleh
sebab itu laki-laki
harus
menerima dirinya sebagai laki-laki dan perempuan menerima dirinya sebagai perempuan (1 Kor
6:9-10).
2. Fisik
Kita harus menerima dan beryukur atas tubuh yang Tuhan berikan, baik semp[urna atau tidak, semuanya harus menjadi alat di tangan
Tuhan (Mat 5:29). Jadi tubuh
yang
sempurnapun
tidak bernilai lagi jika digunakan pada hal-hal
yang tidak benar.
3. Paras
atau kecantikan
Kecantikan atau
ketampanan fisik itu relatif. Tetapi
kecantikan atau
ketampanan batiniah itu standard dan tidak membosankan. Fisik harus dirawat dan dijadikan bait atau rumah bagi Roh
Allah (1 Kor 3:16),
bukan jadi kelinci
percobaan bagi
segala
alat-alat kecantikan.
4. Keterbatasan
Manusia adalah makhluk terbatas, tidak sempurna, tetapi keterbatasan dapat
diperkecil atau
dipersempit.
Orang
yang
tidak cepat menangkap
pelajaran, dapat mengulang
berkali-kali, orang yang ekonominya terbatas dapat berusaha memperbaikinya dengan menerima lebih dahulu keterbatasan yang ia miliki. Keterbatasan harus diterima supaya tidak tergoda untuk putus asa
atau dirasuki ambisi
berlebihan.
5. Akibat kecelakaan
Karena keterbatasan, manusia dapat mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu bermacam jenisnya, dan
bervariasi akibatnya.
Kecelakaan kerja atau
lalu lintas dapat mengakibatkan
cacat fisik atau bahkan merusak
alat produksi, seperti mandul atau impotensi. Kecelakaan mental akibat perlakuan buruk seperti perkosaan dan perlakuan kejam dari
orang lain dapat mengakibatkan trauma bahkan
putus asa. Seseorang
Kristen harus mampu
menerima kenyataan dengan
keyakinan Tuhan Yesus sanggup membebaskan
kita dan memulihkan keberadaan kita secara utuh.
Orang dapat menerima keberadaan dirinya secara utuh, itulah yang memuliakan Tuhan; Tuhan memberkati dan memakai
dirinya sebagai alat atau saluran kasih dan kuasa Tuhan bagi orang lain. Orang yang menerima keberadaan dirinya
dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan akan dihibur, dikuatkan dan dijamin masa depannya
(Yer 29:11).
II.
Kedewasaan Emosi
1.
Pengertian
dan Bentuk Emosi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian Emosi, yakni:
a.
Emosi
adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut di waktu
singkat.
b. Emosi
adalah keadaan dan reaki psikologi
dan
fisiologis
yang bersifat subyektif.
Bahasa lain
emosi adalah eksprei
perasaan manusia.
Jenis ekspresi perasaan atau bahasa manusia
muncul sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di sekelilingnya.
Ekspresi itu dapat diungkapkan dengan cara
menangis,
tersenyum atau
tertawa, cemberut,
jengkel,
marah
dan lain sebagainya.
Pada usia remaja, emosi memiliki peranan penting. Pada usia ini tingkat emosi yang timbul
cepat berubah dalam waktu yang relatif singkat. Hari ini merasa gembira, tiba-tiba keesokan
harinya sudah terlihat cemberut.
2. Mengembangkan Emosi
Emosi merupakan suatu anugrah
Tuhan yang memang sudah melekat dalam pribadi manusia. Manusia sudah diciptakan Tuhan dengan berbagai perasaan
yang menyertainya. Perasaan
gembira,
sedih, marah,
cinta, dan lain sebagainya. Manusia tidak dapat memaksakan diri dengan
memunculkan emosi yang harus terjadi pada saat tertentu. Ketika menangis, sesorang
memang
harus
menangis.
Begitu pula ketika tertawa harus tertawa.
Iman Kristen tidak
pernah melarang orang untuk menangis, bersedih, dan berduka. Ketika ada
anggota keluarga atau
sahabat yang meninggal, wajarlah bila
kita menangis. Namn,
jangan sampai kesedihan
itu sampai
berlarut-larut.
Setelah itu
kembali menjalani kehidupan
sbagaimana mestinya,
karena orang Kristen
memiliki Tuhan Yesus yang mengasihi, peduli, dan
menerima diri
manusia apa adanya
(Ter 29:11; 1 Yoh 4:9-10).
3. Mengendalikan Emosi
Bentuk emosi yang perlu dikendalikan adalah amarah.
Marah adalah memang manusiawi,
tetapi menjadi kurang sehat jika seorang memiliki sikap pemarah, yaitu sikap mudah marah. Sikap ini
akan menjadi bentuk emosi yang negatif. Manusia harus mengendalikan amarah. Di dalam
Efesus Paulus menjelaskan bahwa apabila kita menjadi marah karena suatu sebab, maka jangan sampai berbuat dosa dengan segera meredakan amarah
sebelum matahari
terbenam.
Artinya, apabila kita marah, kita perlu segera menyelesaikannya dengan tidak menyimpan dendam (Ef
4:26).
4. Dampak Mengelola Perasaan
Perasaan harus dikelola dengan baik. Pengelolaan tersebut mempunyai arti mengembangkan Positif dan
mengendalikan
perasaan negative. Untuk dapat
mengembangkan
dan mengendalikan
perasaan seseorang harus menyadari bermacam-macam perasaan.
Ada berbagai perasaan negatif, di
antaranya adalah
kecemasan, kemarahan, ketidakberdayaan. Perasaan
positif antara
lain adalah kehangatan, perhatian dan
kompetensi. Dengan
mengetahui
kategori-kategori tersebut manusia akan dimampukan untuk dapat menentukan emosi yang harus dikembangkan dan dikendalikan.
III. Kedewasaan Pola
Pikir
Sebagai manusia yang sudah mampu berpikir operasional formal, seorang remaja harus
mampu berpikir kritis.
Artinya mampu menganalisa segala sesuatu, keadaan, permasalahan dengan pikiran
yang
sehat dan benar. Paling tidak ada empat pola pikir yang haru
dikembangkan remaja atau orang yang sudah mampu berpikir secara operasional
formal, yaitu proaktif,
kreatif, positif dan
komprehensif.
1. Pola Pikir
Proaktif
Pola pikir proaktif terbentuk
dari inisitif yang positif. Artinya segala inisiatif yang timbul
dari pikiran diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu secara
baik demi suatu
kemajuan.
2. Pola Pikir
Kreatif
Berpikir kreatif adalah
berpikir yang menghasilkan
cara-cara, pengertian,
penemuan, dan
karya seni yang baru. Intinya ada sesuatu
yang baru yang dihasilkan melalui proses berpikir kreatif. Dari yang belum ada menjadi ada
dan dari yang lama menjadi baru. Tetapi
sebagai manusia dewasa, kita perlu
mengembangkan
kreativitas secara tepat dan benar. Hal
ini perlu disadari karena kehidupan
manusia tidak pernah terlepas dari etika.
Tentu kita akan merasa
bangga karena teladan dan bukannya
yang kreatif
negatif.
3. Pola Pikir
Positif
Secara sederhana,
manusia dibagi menjadi dua golongan: mereka
yang berpikir positif dan mereka yang berpikir negatif. Golongan yang berpikir positif menghadapi hidup dengan penuh
semangat, selalu
ada
hal-hal baru
yang
menanti, tantangan
yang
harus dijawab, gunung yang harus didaki. Pendek kata,
mereka optimis, sungguh menikmati hidup ini, melihatnya sebagai
kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
Golongan yang berpikir negatif bersikap pesimis, selalu ada kekurangan dan cacat cela dari segala
sesuatu. Dalam pertemuan
untuk membahasa masalah
dan
penyelesaiannya,
orang- orang dari kelompok ini lebih
sering terfokus pada beratnya
masalah, dan
susahnya mencari dukungan. Ringkasnya mereka lebih cepat menyerah, bahkan lebih sering
sebelum usaha dilakukan.
Karakteristik
orang dengan konsep diri positif:
a. Memiliki keyakinan terhadap pendapat dan sikapnya, serta bersedia mempertahankannya, tetapi juga terbuka untuk mengubahnya
jika ternyata hal itu keliru.
b. Mampu bertindak benar.
c.
Memiliki keyakinan dan kemampuan untuk mengatai masalah walaupun kenyataannya bisa saja tidak berhasil setelah dicoba.
d. Merasa setara dengan orang lain meski berbeda kemampuan, tidak membanggakan diri
atau menganggap diri
rendah.
e. Sanggup menerima dirinya dan merasa berguna bagi orang lain, paling tidak bagi sahabat
dan
orang-orang yang dekat dengannya.
f.
Menerima pujian secara wajar, tidak berlebihan ataupun terlampau membanggakan apa
yang sudah diraih.
g.
Cenderung menolak usaha orang lain untuk mengontrol atau mendominasi
dirinya.
h. Sanggup mengakui pada orang lain tentang berbagai perasaan
yang ada
dalam dirinya menyangkut
hal-hal positif
mau pun
negatif. Dengan kata lain,
tidak malu mengakui adanya
hal-hal yang kurang pada dirinya.
i.
Menikmati hidupnya.
j.
Peka terhadap kebutuhan orang lain.
Karakteristik orang dengan konsep diri negatif.
k.
Peka terhadap kritik
l.
Responsif terhadap pujian (berlebihan menanggapi pujian)
m.
Hiperkritis, mengkritik orang lain, tetapi tidak mau dikritik.
n.
Pesimis
dan cenderung menghindari kompetisi sehat.
4. Pola Pikir
Komprehensif
Pola pikir komprehensif adalah pola pikir yang terbuka, tidak ekslusif (tertutup). Di dalamnya
ada sikap menghargai
pemikiran orang lain dan mampu menampung kepelbagaian.
Pola pikir proaktif, kreatif, dan positif juga menjadi bagian dari pola pikir komprehensif sebagai
suatu pola pikir yang utuh dan terbuka. Ketiga pola pikir itupun berkaitan erat. Pola pikir positif dan kreatif mampu menciptakan
pola pikir proaktif. Sedangkan pola pikir kreatif menimbulkan pola pikir positif. Demikian pula sebaliknya, pola pikir positif akan dapat menumbuhkan pola
pikir kreatif, karena biasanya orang yang Positif Thinking akan
mempunyai kehidupan
yang menyenangkan. Keadaan ini dapat merangsang kreativitas seseorang.
Remaja dewasa yang bertumbuh secara fisik dan emosi perlu diikuti dengan kedewasaan pola pikir
dengan mengembangkan pola pikir proaktif,
kreatif, positif dan komprehensif di sekolah, keluarga, gereja, dan masyarakat.
iv. Kedewasaan Sosial: “Menjalin Relasi Dengan Sesama”
Faktor-faktor menjaln relasi
dengan orang lain:
1. Faktor dari dalam (Aku)
Terjadinya relasi
yang baik
pada dasarnya dimulai dari diri sendiri (Aku). Aku mampu
membuat
relasi menjadi baik atau tidak. Relasi akan menjadi baik ketika “Aku” mampu mempunyai prinsip
win-win
thinking. Win-win thinking
merupakan
pola
pikir yang membuat aku
dan kamu menjadi pemenang.
Dengan kata lain, semua
pihak merasa untung, mendapat penghargaan (dihargai) keberadaannya oleh pihak lain. Dengan demikian, tidak ada orang yang merasa kalah, dirugikan, tidak dihargai
atau kecewa. Untuk itu, win-win thinking harus
diterapkan untuk menjalin relasi.
2. Faktor dari luar
(Kau)
Ketika “Aku” menerapkan “win-win thinking” dan orang lain juga menerapkan prinsip yang
sama, relasi yang baik sangat besar kemungkinannya untuk terjadi. Namun,
prinsip win-win
thinking yang kita miliki menjadi tidak seimbanga ketika orang lain menerapkan prinsip-prinsip
win lose thinking. Ini
berarti relasi yang baik akan terjadi
apabila
semua
pihak menerapkan win-
win thinking. Sulitnya, tidak semua orang dengan mudah menerima dan menerima
prinsip ini.
3. Faktor Citra
Baku
Citra baku merupakan suatu pandangan yang ada pada seseorang atau masyarakat
tentang suatu hal dan pandangan tersebut
sudah melekat
secara
mendalam dalam
pola
pikirnya sehingga
sulit untuk diubah.
4. Faktor Komunikasi
Tanpa komunikasi
yang baik, relasi tidak akan berjalan baik. Karena
dengan komunikasi yang
baik, hal-hal yang menjadi penghambat relasi akan dapat dibongkar. Komunikasi menjadi baik
apabila terjadi sikap mengerti dan memahami apa
yang menjadi pesan dari pihak-pihak lain
walaupun memiliki paham atau pendapat yang berbeda.
Macam-macam relasi:
a. Pribadi-pribadi
b. Pribadi-kelompok
c. Kelompok-kelompok
Anak yang dididik dengan mau menerima segala perbedaan yang ada akan
menjadi anak yang mempunyai
rasa
toleransi.
Belajarlah untuk menerima perbedaan
dalam menjalin
sebuah relasi. Demi terjalinnya relasi yang baik.
Refleksi Iman
Kedewasaan Kristen adalah cara hidup yang:
1.
Menghargai dan menghayati karya keselamatan Kristus yang ada dalam
hidupnya. Oleh karena itu ia memahami ajaran-ajaran Kristus dan menjalankannya
dalam kehidupan sehari-hari dengan setia. Merasa tergantung dengan Allah dan
secara sukarela merenungkan dan mendalami kekayaan firman Allah, yang tidak
akan pernah selesai untuk diselidiki (Efesus 3:18-19).
2. Orang kristen
dewasa mampu mengatur hidupnya dengan baik, karena mengetahui dasar-dasar hidup
yang baik dan benar dan hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus (Ibrani 5:11-14).
3. Bertindak rendah
hati dan tidak sombong (Mazmur 32:8-9).
4. Selalu berusaha
untuk menghargai dan membutuhkan orang lain, dalam rangka membangun kehidupan
dunia yang harmonis (Efesus 4:12-13).
5. Orang yang
semakin mampu menyadari dosa-dosanya, sehingga selalu rindu dan berusaha untuk
mendekatkan diri pada Tuhan untuk mendapatkan pengampunan dosa (Filipi
2:12-13).
6. Berani memasuki
lingkungan yang baru, berani menghadapi kesulitan dan tantangan, sebab dengan
dan di dalam menghadapi tantangan dan kesulitan itulah manusia akan berkembang
dan menjadi kuat (I Tesalonika 1:6-8).
7.
Selalu berusaha untUk mencari keseimbangan hidup pribadi dan hidup
dalam masyarakat secara lahir dan batin, jasmani dan rohani.
Bacaan
Alkitab : Efesus 3:18-19,
Ibrani 5:11-14, Mazmur 22:8-9, Efesus 4:12-13, Filipi 2:12-13, 1 Tesalonika
1:6-8, I Korintus 3:11, Kolose 2:7, Keluaran 2:23-3:14, Filipi 4:8-9.
Tugas:
- 1. Bacalah ayat-ayat firman Tuhan dibawah ini tulislah inti dari ayat tersebut yang berhubungan dengan hidupmu yang telah dewasa. Efesus 3:18-19, Ibrani 5:11-14, Mazmur 22:8-9, Efesus 4:12-13, Filipi 2:12-13, 1 Tesalonika 1:6-8, I Korintus 3:11, Kolose 2:7, Keluaran 2:23-3:14, Filipi 4:8-9.
- 2. Pelajarilah Lukas 2:41-52 dan Mazmur 90:1-17 dan buatknlah hasil laporan tertulis tentang kesan dan pesan yang didapat dalam bacaan tersebut.
- 3. Buatlah daftar ciri-ciri kepribadian yang dewasa dan tidak dewasa berdasarkan 6 ciri 6 aspek perkembangan yang ada pada manusia.
- 4. Bagaimana kamu dapat menjelaskan pemahaman tentang “tubuh adalah karya Tuhan”?
- 5. Jelaskanlah apa perbedaan antara emosi, emosional dan emosionalisme? Carilah perbedaannya!
- 6. Daftarkan emosi yang sering terjadi dalam kehidupanmu! Kemudian sebutkan pengaruhnya bagi hidupmu!
- 7. Bagaimana pendapatmu mengenai cara mengendalikan emosi sebagai remaja kristen?
- 8. Apakah yang dapat kamu teladani dari sikap Yesus dalam hal menggunakan emosi secara baik dan tepat?
- 9. Sebutkan dan jelaskan 3 faktor yang diperlukan seseorang dalam menjalin sebuah relasi!
- 10. Sebutkan 3 contoh yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus dalam hal menjalin relasi dengan sesama! Tunjukkan ayat-ayatnya!
GBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar