Daftar Blog Saya

Jumat, 09 Juli 2010

Usahakan Engkau Layak


Usahakan Engkau Layak


2 Timotius 2:15
Usahakanlah supaya engkau layak
di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.
2:15 Hendaklah engkau berusaha sungguh-sungguh supaya diakui oleh Allah sebagai orang yang layak bekerja bagi-Nya. Berusahalah supaya engkau tidak malu mengenai pekerjaanmu, melainkan mengajarkan dengan tepat ajaran-ajaran benar dari Allah.
do,kimon = dokimon = dihormati, layak, tahan uji.
1. Usahakanlah = berupaya sekuat tenaga, bekerja keras, berusaha sungguh-sungguh
2. Supaya = kata penghubung untuk menandai tujuan atau harapan; mudah-mudahan sampai pada maksudnya; hendaknya; agar:
3. Engkau = bukan orang lain tetapi saya= Timotius
4. Layak = do,kimon = dokimon = dihormati, layak, tahan uji.
Arti layak dalam KBBI = wajar; pantas; patut: mulia; terhormat:
kita tidak perlu harus menjadi sempurna untuk dapat dipakai oleh Allah.
1. Tuhan selalu memakai orang yang mau melayani Tuhan.
2. Keterbatasan manusia tidak mengurangi maksud dan tujuan Allah dalam hidup kita. (apa yang menjadi tujuan hidup manusia = memuliakan Bapa disorga)
Þ Apapun kita saat ini, kondisi fisik seperti apa yang merongrong kita, latar belakang pendidikan atau pekerjaan kita, tidak menjadi rintangan untuk dipakai oleh Allah. Tuhan dapat memakai orang-orang yang tidak sempurna seperti anda dan saya untuk menjalankan rencana penyelamatanNya bagi orang lain.
Þ Anda dan saya tidak perlu menjadi sempurna terlebih dulu untuk melayani Tuhan. Tidak ada satu orangpun yang terlalu kecil sehingga tak berguna bagi pekerjaan Tuhan. Tidak ada seorangpun yang masa lalunya terlalu kontroversial sehingga tidak layak bagi pekerjaan Tuhan. Tuhan dapat memakai siapa saja tidak tergantung apa kemampuannya, siapa dirinya sebelum itu.
Þ Keterbatasan pendidikan, bahasa, penampilan, atau latar belakang masa lalu seseorang yang kelam, tidak menjadi rintangan bagi Tuhan untuk memakainya. Tuhan itu berkuasa atas segala sesuatu dan mampu mengubah segala sesuatu.
Þ Kalau kita mempelajari berbagai cerita dalam Alkitab, atau biografi orang-orang yang dipakai oleh Tuhan, maka kita sering terpana dengan cara-cara Tuhan memilih orang-orang yang diinginkanNya. Orang-orang itu sering kontroversial. Sebagian besar dari mereka dianggap tidak layak sama sekali melalui standar manusia.
Þ Beberapa dari orang itu bisa kita lihat dalam Alkitab seperti:
Yakub seorang penipu, dipilih menjadi Bapak bangsa Israel; Rahab seorang wanita tunasusila dari Yerikho, bukan bangsa Yahudi, dipilih untuk menyelamatkan dua orang pengintai yang dikirim oleh Yoshua ke Yerikho. Ia kemudian dipilih menjadi bagian dari silsilah Tuhan Yesus karena memperanakkan Boas yang kemudian menikah dengan Rut. Daud merupakan turunannya. Daud hanya seorang pengembala dan bertubuh kecil tak dipandang sebelah mata oleh saudara-saudaranya. Tuhan memilihnya menjadi raja pengganti Saul. Yefta putra seorang pelacur, Tuhan memakainya untuk melepaskan Israel dari bangsa Ammon. Petrus hanyalah seorang nelayan dengan pengetahuan sangat minim. Sering bertindak bodoh dan emosional; seperti melompat ke dalam laut kemudian tenggelam; menyangkal Yesus tiga kali kemudian menyesal. Paulus satu-satunya yang memiliki pengetahuan yang baik, tetapi masa lalunya begitu kelam, seorang yang sangat anti Kristus, pembunuh orang kristen termasuk Stefanus.
Þ Allah tidak memandang muka, latar belakang sebelumnya, tetapi mereka yang dipilih Allah adalah mereka yang sungguh-sungguh mencintai Dia dan mengasihi Dia dengan segenap hatinya dan mau melayani orang lain. Yesus memilih Petrus sebagai rasul/ muridnya bukan karena Petrus seorang yang terpandang, pintar dan saleh, tetapi karena Petrus seorang yang bersahaja dan mau menyesal ketika dia terjatuh, dan mau menyerahkan dirinya untuk dipimpin oleh Allah. Allah memilih Paulus ketika dia masih bernama Saul bukan karena dia seorang yang terhormat, tetapi karena dia mau bertobat. Allah bebas memilih siapa saja, apapun kondisi orang itu, apakah dia jahat, pintar atau tidak.
Þ Allah berkuasa mengubah kehidupan seseorang untuk menjadi muridNya, hamba setiaNya. Tidak ada satu manusia yang sempurna. Tak perlu menjadi sempurna untuk dipilih oleh Allah. 1 Samuel 16:7 16:7 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Þ Pertanyaannya adalah apa yang membuat seseorang dipilih oleh Tuhan untuk menjadi alat pekerjaanNya, menjadi teman sekerjaNya? Adakah syarat-syarat, kondisi tertentu yang perlu diperhatikan agar seseorang dapat dipakai oleh Tuhan?
Jawabannya begitu sederhana:
Kalau kita tinggal dalam Tuhan dan Tuhan tinggal di dalam kita.

REMAJA YANG MEMBERKATI

TIPS MEMBANTU MASA REMAJA YANG BAIK

Walaupun keberhasilanmu adalah tanggungjawabmu sendiri, mungkin beberapa tips berikut ini dapat membantu kamu untuk melewati masa remajamu dengan baik.

TIPS PERTAMA: BERBAGI RASA DENGAN ORANG TUA ATAU ORANG YANG DITUAKAN DI RUMAH
Yakinlah bahwa orang tuamu pasti memiliki niat baik jika suatu saat menegurmu. Mungkin hanya cara penyampaiannya kurang sesuai dengan keinginan kamu. Karena itu sampaikan perasaanmu kepada kedua orang tuamu dengan baik-baik dan carilah titik temunya.

Orang tuamu adalah orang yang telah melewati masa remajanya. Pasti banyak pengalaman yang mereka miliki. Belajarlah dari pengalaman mereka dan jadikanlah orang tuamu sebagai pedomanmu, tentunya dengan caramu sendiri.

Jadikanlah keluargamu sebagai pelabuhan terbaikmu; tempatmu berdiskusi memecahkan masalah.

Jika orang tua atau orang yang dituakan di rumah kurang memiliki pengetahuan atau kurang mengerti, coba berkomunikasi dengan baik maka sangat bijak jika kemudian kamu yang berperan dalam membina keharmonisan keluarga. Secara tidak sadar kamu sebenarnya tengah berhasil melakukan suatu tugas mulia dalam hidup ini.


TIPS KEDUA: CARILAH SEORANG SAHABAT
Sahabat lebih daripada sekedar teman. Sahabat adalah teman di kala suka dan di kala duka. Sedangkan teman biasanya hanya di kala suka.

Seorang sahabat penting bagimu sebagai tempat untuk memecahkan persoalan tersebut karena suatu hal tidak bisa didiskusikan dengan orang tuamu.

Persahabatan akan muncul jika kamu dan temanmu memiliki kesamaan dalam pandangan; saling terbuka; jujur satu dengan lainnya.
Carilah seorang sahabat yang sama-sama memiliki pandangan positif dalam hidup dan bukan justru akan menjerumuskan ke dalam hal-hal yang negatif.


TIPS KETIGA: TINGKATKAN PD-MU DAN KATAKAN TIDAK PADA HAL-HAL YANG BURUK
Kamu harus memiliki kepercayaan diri dalam pergaulan dan jangan terbawa arus apalagi untuk hal-hal yang negatif. Percaya diri (PD) merupakan kunci kesuksesanmu dalam bergaul.

Banyak orang orang yang terombang-ambing dalam dengan kelompok karena mereka tidak memiliki PD yang tinggi.



PD dan identitas diri adalah sikap mental; kepribadian; cara kita memandang hidup. Kamu bisa mempelajari dan mengembangkan sifat PD. Kamu dapat belajar dari orang tuamu atau orang yang dituakan atau orang yang kamu percayai atau sahabatmu. Kuncinya adalah kamu jangan malu meminta pendapat.

TIPS KEEMPAT: BERGAULLAH DALAM KELOMPOK ATAU BENTUKLAH KELOMPOK DENGAN AKTIVITAS POSITIF

Kelompok atau istilah kerennya peer group atau kelompok sebaya penting buat kehidupanmu. Dalam kelompok kamu bisa saling berdiskusi memecahkan masalah.

Yang lebih penting lagi kelompok merupakan tempat kamu belajar ber-organisasi; belajar saling menghormati pendapat orang lain; belajar saling tenggang rasa.

Kesemuanya itu akan sangat bermanfaat bagi kehidupanmu di masa mendatang. Mungkin tidak terasa langsung pada saat ini.

Hanya patut diingat kelompok yang kamu masuki atau kamu bentuk haruslah kelompok yang memiliki nilai positif bukan kelompok yang memiliki hal-hal negatif. Kelompok seperti itu justru harus kamu jauhi.

Kelompok seperti itu layaknya seperti candu, pertama-tama membuat kamu ketagihan lalu sulit untuk menghindari dan akhirnya kamu seperti terjebak di dalam lingkaran gelap, yang sulit untuk melihat cahaya lagi.


TIPS KELIMA: JAUHILAH KELOMPOK DENGAN TUJUAN NEGATIF

Orang sebaya denganmu seringkali sulit menghindari diri dari kelompok yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Beberapa hal yang menyebabkan antara lain karena kurang PD, mudah terpengaruh, tidak memiliki tempat pelampiasan emosi dan beberapa sebab lainnya.

Kamu harus menghindari diri dari keterlibatan dengan kelompok semacam itu. Jangan pernah berpikir untuk mencoba terlibat di dalamnya. Sekali kamu terlibat maka sulit untuk melepaskan diri.


TIPS KEENAM: JAGALAH KESEHATAN FISIKMU SEDINI MUNGKIN DAN SECARA TERUS MENERUS
Kesehatan sangat besar nilainya bagi kehidupan kita semua. Nilai kesehatan sering tidak terasa jika kita dalam keadaan sehat dan karenanya sering tidak diperhatikan secara serius. Baru setelah sakit, kita merasakan betapa pentingnya arti kesehatan.

Karena itu sangatlah bijak jika kita dapat menjaga kesehatan sedini mungkin dan secara terus menerus. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal:
- Penting bagimu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
- Jauhilah berbagai tindakan yang justru merusak kesehatan seperti terlalu banyak begadang, mengkonsumsi narkotik, alkohol atau merokok.
- Berolahraga secara teratur
- Berpikirlah secara positif terhadap semua hal. Pikiran positif juga ternyata banyak pengaruhnya pada kesehatan fisik.
- Upayakan memelihara kebersihan lingkungan atau paling tidak kebersihan dirimu sendiri.

Semua hal di atas merupakan tindakan pencegahan (preventif) untuk kesehatan dan mudah dilakukan serta murah. Kamu dapat melakukannya. Yang penting adalah adanya tekad dalam dirimu untuk melakukan hal tersebut.
12. Nasihat dan pengajaran pada waktu kesusahan:
" Bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42)
a. Bagaimana sepatutnya menanggung sengsara:
  2Raj 1:2-4; Ayub 1:20-22; 5:17-27; Mazm 25:2; 50:15*;
  Mazm 73:25,26; 77:1-20; Yes 30:15; 45:9,10; 53:7; Mat 15:21-28*;
  Luk 18:1-8; 21:29; Rom 5:1-5; 2Kor 4:8-11; 2Tim 2:3*.
Lagipula: perhatikanlah teladan Tuhan Yesus dalam sengsara-Nya!
b. Permohonan minta pertolongan:
  Ayub 7:1-21; Mazm 3:8; 5:1-12; 6:1-10; 13:1-6; 25:16-22*;
  Mazm 31:1-24; 40:12-16; 42:1-11; 43:1-5; 54:1-7; 77:1-20*;
  Mazm 88:1-18; 90:5-12; 140:1-13; Rat 3:19-21*;
  Mat 8:1-17; 15:22,25-28*;
( Perhatikanlah! #/TB Mr 6:5; Yos 7:1-26*).
c. Penghiburan dalam kesusahan:
Mazm 23:4; 46:1-11; 73:23-26; 91:1-16; Yes 40:29-31*;
 Mazm 54:6-7; 55:8-12; Yer 29:11; Rat 3:22-36*;
Add caption
Mat 5:4,10; 11:28; 8:23-27; 10:28-31; Mr 1:34; Luk 6:21*;
  Yoh 5:1-14; 13:7; 14:1,27; Rom 8:31-39; 8:18,28; 12:12,15*;
  2Kor 4:7-18; 12:8-9; Filip 2:26-28; 2Tim 4:18; Yak 1:12*;
  1Petr 4:12-19*.
d. Syukur untuk pertolongan dan kesehatan:
  Kel 15:1-21; Ul 8:1-20; Hak 5:1-31; 1Sam 2:1-10*;
  Ayub 42:1-12; Mazm 18:1-50; 28:6; 30:1-12; 40:2-11; 50:1-23*;
  Mazm 66:8-12; 68:20,21; 102:18-23; 103:1-22; Yes 38:14,17*;
  Yun 2:1-10; Mat 14:33; Luk 17:11-19; Yoh 5:8-15; 2Kor 1:3-11*;
  1Petr 4:2,3*.
Top of Form

PENGHAMBAT DOA


Apa saja hal-hal yang menghambat efektifitas doa?

Jawaban: Hambatan paling jelas terhadap efektifitas doa adalah adanya dosa yang belum diakui dalam hati orang yang berdoa. Karena Allah kita adalah suci adanya, ada penghalang yang berdiri antara kita dan Dia ketika kita menghampiri Dia dengan dosa yang belum diakui dalam hidup kita.

“Yesaya 59:1-2 Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;

59:2 tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.

Daud setuju, dia mengalami sendiri bahwa Allah jauh dari mereka yang mencoba menyembunyikan dosa mereka: “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar” (Mazmur 66:18).

Alkitab menunjuk pada beberapa macam dosa yang menjadi penghalang untuk doa yang efektif.

1. Pertama, ketika kita hidup dalam kedagingan, dan bukannya dalam Roh, keinginan kita untuk berdoa dan kemampuan kita untuk secara efektif berkomunikasi dengan Allah terhalang. Meskipun kita menerima natur baru ketika kita dilahirkan kembali, natur baru itu masih berdiam dalam tubuh yang lama dan “tenda” kita yang lama sudah korup dan berdosa. Daging dapat mengambil alih kendali atas tindakan, sikap dan motivasi kita kecuali kalau dengan rajin kita “mematikan perbuatan-perbuatan tubuh” (Roma 8:13) dan dipimpin oleh Roh dalam hubungan yang benar dengan Allah. Hanya demikian kita akan mampu untuk berdoa dalam persekutuan yang dekat dengan-Nya.

Satu cara hidup dalam daging menampakkan diri adalah dalam mementingkan diri sendiri, yang merupakan halangan lainnya untuk doa yang efektif. Ketika doa kita bermotivasi egois, ketika kita meminta kepada Allah apa yang kita mau dan bukannya apa yang Dia inginkan, motif kita menghalangi doa kita. “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya” (1 Yohanes 5:14).

Meminta sesuai dengan kehendak Allah adalah sama dengan meminta dalam penaklukan kepada apa saja yang menjadi kehendak-Nya, baik kita ketahui atau tidak. Sebagaimana semua hal lainnya, Yesus adalah teladan doa kita. Dia selalu berdoa dalam kehendak Bapa-Nya, “Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22:42).

Doa yang mementingkan diri selalu merupakan doa yang dimaksudkan untuk memuaskan nafsu kita sendiri, dan kita tidak mengharapkan Allah menanggapi doa semacam itu. “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu” (Yakobus 4:3).

Hidup menurut keinginan daging yang egois juga menghalangi doa kita karena itu menghasilkan ketegaran hati terhadap orang lain. Kalau kita tidak perduli terhadap kebutuhan orang lain, kita bisa berharap bahwa Allah tidak akan memperdulikan kebutuhan kita. Ketika kita menghampiri Allah dalam doa, perhatian utama kita haruslah kehendak-Nya. Yang kedua adalah kebutuhan orang lain. Hal ini berasal dari pemahaman bahwa kita harus mempertimbangkan orang lain lebih dari diri sendiri dan memperhatikan kepentingan mereka melebihi kepentingan kita sendiri (Filipi 2:3-4).

2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,

2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,

2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;

2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

2. Hambatan utama terhadap doa yang efektif adalah tidak mengampuni orang lain.

Ketika kita menolak mengampuni orang lain, akar kepahitan mulai bertumbuh dalam hati kita dan mencekik doa-doa kita. Bagaimana kita dapat berharap Allah mencurahkan berkat-Nya atas kita, orang berdosa yang tidak layak, kalau kita menyimpan kebencian dan kepahitan terhadap orang lain?

Prinsip ini digambarkan secara indah dalam perumpamaan hamba yang tidak mengampuni dalam Matius 18:23-35. Cerita ini mengajarkan bahwa Allah telah mengampuni hutang kita yang tak terbayangkan besarnya (dosa kita), dan Dia mengharapkan kita mengampuni orang lain sebagaimana kita telah diampuni. Menolak melakukan itu akan menghalangi doa-doa kita.

3. Hambatan utama lain terhadap efektifitas doa adalah ketidakpercayaan dan keraguan. Hal ini bukan berarti, seperti yang diajarkan oleh sebagian orang, bahwa karena kita datang kepada Allah dengan keyakinan bahwa Dia akan mengabulkan permohonan kita, maka Dia akan merasa wajib untuk mengabulkan.

Berdoa tanpa ragu artinya berdoa dalam keyakinan dan pemahaman akan karakter, natur dan motif Allah. “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6).

Ketika kita menghampiri Allah dalam doa, meragukan karakter, tujuan dan janji-janji-Nya berarti kita amat menghina Dia. Keyakinan kita haruslah pada kesanggupan-Nya mengabulkan semua permohonan yang sesuai dengan kehendak dan tujuan-Nya dalam hidup kita. Kita harus berdoa dengan pemahaman bahwa apapun kehendak-Nya itu adalah skenario paling baik.

“Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan” (Yakobus 1:6-7).

4. Akhirnya, perselisihan dalam rumah tangga jelas merupakan hambatan terhadap doa. Petrus secara khusus menyebut hal ini sebagai hambatan untuk doa-doa suami yang sikapnya terhadap istri tidak saleh. “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Petrus 3:7).

Ketika ada konflik yang serius dalam hubungan keluarga dan kepala keluarga tidak menunjukkan sikap seperti yang disebutkan oleh Petrus, komunikasi doa suami dengan Allah terhalang. Demikian pula istri-istri harus mengikuti prinsip Alkitab untuk tunduk pada kepemimpinan suami kalau tidak mau doa mereka terhalang (Efesus 5:22-24).

Untungnya, semua halangan doa ini dapat diatasi dengan datang kepada Allah dalam doa pengakuan dan penyesalan. Dalam 1 Yohanes 1:9 kita dijamin bahwa “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Begitu kita sudah melakukan hal itu, kita dapat menikmati saluran yang bebas dan terbuka untuk berkomunikasi dengan Allah, dan doa-doa kita bukan hanya akan didengar dan dijawab, namun kita juga akan dipenuhi dengan rasa sukacita yang dalam.

Berdoa buat:

1. Firman Tuhan yang telah didengar!

2. Bangsa Negara

3. Kota semarang

4. Gereja/yayasan/lembaga Kristen

5. Radio (komisaris, direktur, penyiar, karyawan, pengkhotbah, donator dan pendoa syafaat.

Keluarga Kristen


Keluarga merupakan institusi tertua di muka bumi. Sebelum segala bentuk organisasi ada, keluarga menjadi awal dari segala sesuatu. Allah sendiri yang membentuk keluarga. Ketika melihat Adam sendiri, maka Allah mengatakan bahwa tidak baik apabila ia sendirian saja (Kejadian 2:18). Maka Allah pun menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam dan membawa Hawa kepada Adam (Kejadian 2:21-23). Donald C. Stamps, menyatakan:

Laki-laki dan wanita keduanya diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Berdasarkan gambar ini mereka menggapai dan bersekutu dengan Allah dan secara unik mencerminkan kasih, kemuliaan dan kekudusan. Mereka harus melakukannya dengan mengenal dan menaatiNya.[1]


Pertemuan keduanya menjadi suatu peristiwa yang penting dalam sejarah kehidupan di bumi ini. Oleh sebab itu, setelah itu mereka pun diberkati Tuhan untuk menjadi satu keluarga (Kejadian 1:28). Pdt. Stephen Tong menyatakan, “hanya manusia satu-satunya yang beroknum seperti Allah yang juga mempunyai oknum”.[2]

Ada dua macam pengertian tentang keluarga sebagai suatu per­sekutuan. Yang pertama, lingkup yang kecil, keluarga sebagai per­sekutuan yang dibentuk oleh suami-istri (ditambah dengan anak atau anak-anak (keluarga batih, nuclear family). Yang kedua, keluarga sebagai suatu persekutuan yang terdiri dari sejumlah keluarga yang terikat dalam pertalian darah, dalam garis vertikal (kakek, nenek, paman, bibi, cucu dan sebagainya) maupun dalam garis horisontal (kakak, adik, ipar, keponakan, dan sebagainya). Yang terakhir ini disebut keluarga besar (extended family).
Keluarga baru berdiri dengan prinsip abadi di segala zaman, yaitu bahwa seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu membentuk keluarga baru dengan istrinya (Kejadian 2:24), dan hidup dalam keintiman dan keakraban (Kejadian 2:25). Senada dengan pernyataan ini Tony Magpal mengatakan sebagai berikut:

Manusia, Adam dan Hawa yang mewakili keuniversalan kelamin laki-laki dan perempuan, merupakan proyeksi dari pribadi Allah. Atribusi Allah seperti kepribadian, perasaan, kehendak yang terurai dalam aspek-aspek kasih, hukum, disiplin, tanggungjawab, kebebasan, pengampunan, persekutuan dan kebijaksanaan.[3]

Keluarga Kristen dibentuk dari sebuah pernikahan kudus. Pernikahan adalah sesuatu yang kudus dan dijunjung tinggi oleh Allah sendiri. Allah sendiri pada mulanya yang menciptakan, merancang dan membentuk rumah tangga, Allah adalah “Desainer pernikahan”. Pernikahan umat Kristiani adalah bagian yang amat penting, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan menjadi barometer pertumbuhan iman Kristiani. Pernikahan adalah sarana untuk mewujudkan rencana Allah didalam dunia, Allah berfiman : “ Beranak cuculah dan bertambah banyak ; penuhilah bumi…” (Kejadian 1:28).

2.1. Pengertian Keluarga dalam Perjanjian Lama.

Tidak ada kata untuk “keluarga” di dalam Perjanjian Lama bahasa Ibrani yang dapat disamakan secara tepat dengan kata modern, “keluarga inti”. Beberapa kelompok sosial digambarkan sebagai “suku”, dan menggambar asal etnik. Kata umumnya (beth ab= bi_a' tybeä = rumah ayah) dapat berarti keluarga inti yang tinggal di rumah yang sama (Kej 50:7-8); kelompok sanak yang lebih besar/luas termasuk dua atau lebih generasi (Kej 7.1; 14.14); dan juga sanak dengan berarti lebih luas (Kej 24.38). Kata lain menunjuk ke kelompok sanak yang besar dan kadang-kadang diterjemahkan sebagai “kaum” (Bil 27.8-11).

Pada kenyataannya, keluarga-keluarga yang digambarkan di dalam Perjanjian Lama adalah rumah tangga yang mempunyai seorang lelaki pada pusat kehidupan keluarga. Rumah tangga terdiri atas semua orang, anak-anak, kerabat lain, pelayan-pelayan dan orang lain yang tinggal di rumah. Sebelum masa Daud, hidup keluarga difokuskan pada keperluan umum yaitu pekerjaan, makanan, dan perlindungan. Rumah tangga adalah tempat dimana pendidikan, sosialisasi, dan pendidikan agamani, terjadi.

Walaupun ada kekuatan-kekuatan di pola hidup ini dalam Perjanjian Lama, ada banyak penyalahgunaan, dan banyak contoh keluarga yang fungsinya terganggu di dalam Perjanjian Lama. Misalnya keluarga Ishak, Yakub, Daud. Sentralisasi negara di Yerusalem di bawah Daud dan Salomo mengalami perubahan serupa dengan yang terjadi pada peradaban lain. Ada pemindahan kekuasaan dari kepala keluarga ke penguasa di pusat. Keluarga harus menyumbang pada keperluan umum (seperti Samuel mengatakan bahwa mereka harus melakukannya 1 Sam 8.10-18). Kemudian, selama negara berjalan dari satu krisis ke lain, utang meningkat dan orang kaya membeli tanah orang miskin, dan lebih dari itu mereka membeli orang miskin itu sendiri (Yes 5.8-10; Am 2.6-8).

Pengertian Perjanjian Lama mengenai keluarga seperti tertulis dalam kitab Yosua 7:16-18 yang memuat tentang pencarian Akhan sesudah Israel gagal menaklukkan Ai. Pencarian ini mula-mula terbatas kepada suku (Ibrani – syebet - jb,veî) Yehuda, lalu kepad kaum (ibrani-misypakhat = tx;P;äv.mi ) Zerah dan akhirnya kepada keluarga (Ibrani-bayit = tßyB) Zabdi.[4] Pada kenyataannya Akhan sudah berkeluarga dan mempunyai anak-anak sendiri (Yosua 7:4) tetapi ia masih dihitung sebagai anggota bayit neneknya yaitu Zabdi. Keterangan ini menunjukkan luasnya arti bayit yang sering diterjemahkan “keluarga”.[5]

2.1.2. Perngertian Keluarga dalam Perjanjian Baru.

Keluarga Yahudi di dalam Perjanjian Baru tersusun seperti rumah tangga di dalam Perjanjian Lama. Tidak ada kata di dalam bahasa Yunani yang dapat disamakan secara tepat dengan ide modern, “keluarga inti”. Rumah tangga besar ini adalah satuan dasar masyarakat. Kata Yunani Patria (Keluarga) muncul hanya 3 kali dalam Perjanjian Baru. Tetapi kata Yunani oikos ( oikoj ) oikio yang serarti (rumah tangga) lebih sering muncul. Patria menekankan asal-usul keluarga dan lebih menunjukkan bapak lelurnya ketimbang pimpinannya sekarang. Patria bisa saja satu suku, bahkan satu bangsa. Dalam Kisah Para Rasul 3:5 “oleh keturunanmu semua bangsa dimuka bumi akan diberkti” kata patria diterjemahkan bangsa. Dalam LXX (Septuaginta)[6] janji aslinya Kejadian 12:3 memakai suku-suku fulai dan ulangannya dalam kejadian 18:18 dan 22:18 memakai “bangsa-bangsa” (ethne).[7]

Kata umum adalah “rumah” (oikos), atau frasa “kepunyaan sendiri”. Di dalam Perjanjian Baru ada beberapa yang dinamakan ‘pedoman-pedoman kehidupan keluarga’ (Kol 3.18 - 4.1; Ef 5.21 - 6.9; 1 Pet 2.18 - 3.7; 1 Tim 2.8-15; 6.1-2; Tit 2.1-10). Pedoman ini mungkin dimaksudkan untuk membantu anggota rumah tangga Kristen untuk hidup diterima sesuai dengan kebudayaannya. Pada pihak lain kenyataan bahwa pedoman itu tertuju kepada para suami, istri, orang tua, anak, dan pelayan, menunjukkan bahwa ajaran Kristen khusus diterapkan dakam kehidupan rumah tangga. Seharusnya memperhatikan bahwa bagian-bagian ini tidak menunjukkan keluarga sebagai satuan, tetapi menunjukkan hubungan-hubungan yang beragam di dalam keluarga itu sendiri.

Kehidupan keluarga adalah pertama-tama kehidupan pernikahan. Pada kelekatan bersama antara laki-laki dan perempuan keluarga mempunyai hidupnya. Namun salah satu maksudnya adalah mendapatkan keturunan. Ababila melihat ajaran Yesus tentang perceraian, jelas bahwa Dia menegaskan kepentingan kesatuan dua orang dalam pernikahan dan tidak ingin pernikahan itu dilemahkan dengan menganggap perempuan sebagai seorang yang dapat sirugukan oleh hukum.

Paulus juga memiliki pandangan tentang pernikahan dengan menegaskan bahwa kesatuan dan persamaan laki-laki dan perempuan sesungguhnya dalam pernikahan. Di dalam 1 Korintus 7.1-5, dia mengatakan tentang salah satu bidang yang paling disalahgunakan dalam masyarakat patriarkal yaitu seks. Pada bagian ini Paulus menyebutkan dua hal yang menakjubkan. Pertama bahwa masing-masing berkuasa atas tubuh pasangannya. Tidak ada nasehat di sini bahwa suami memiliki hak atas tubuh istrinya . Hal kedua adalah bahwa keputusan tentang hubungan seksual harus diputuskan bersama. Bukanlah hak suami ataupun istri untuk memutuskan sendiri apakah mereka seharusnya menghentikan hubungan seksual.

Di dalam surat Efesus 5:21 Paulus mengajar secara tertulis para orang percaya, tentang bagaimana mereka seharusnya berhubungan. Pada ayat 21 dia membuat pernyataan umum, kepada semua orang bahwa setiap orang seharusnya merendahkan diri, atau tunduk, kepada satu sama lain karena menghormati Kristus. Pada ayat 22 dia tidak menggunakan kata kerja tetapi kita harus menggunakan kata kerja di ayat sebelumnya (yaitu kita harus mengerti kata kerja di ay 22 yang sama dengan kata kerja yang digunakan di aya 21). Selanjutnya di 5:21-6:9 adalah kumpulan ajaran kepada beragam anggota jemaat: para suami dan istri; orang tua dan anak-anak; hamba-hamba dan tuan-tuan. Dalam setiap hubungan berpasangan dia memberikan ajaran tentang bagaimana masing-masing seharusnya tunduk kepada lain. Menurut Marjorie L. Thomson:

Keluarga terus memainkan peran kunci dalam membentuk kunci kerohanian pada masa anak-anak yang panjang. Seriring dengan berlalalunya waktu, susuunan keluarga terus berubah sesuai dengan berbagai irama kehidupan. Namun, kelurag masih menajid pusat dimana hubungan-hubungan keakrapan itu terbentuk dan membentuk ulang nilai-nilai, ide-ide dan pola-pola kehidupan kita.[8]

Keluarga dan rumah tangga tidak hanya terdiri dari kepalanya (Kurios atau despotes) istri, anak-anak dan hamba tetapi juga beberapa orang tanggungan seperti para pelayanan, pekerja dan bahkan budak-budak tebusan atau teman-teman, yang suka rela menggabungkan dirinya kepada keluarga ini demi keuntungan timbal balik.



[1] Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun hidup berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2002), hal. 5

[2] Stephen Tong, Keluarga Bahagia (Jakarta: Lembaga Reformed Injil Indonesia, 1996), hal. 11.

[3] Tony Magpal, Judul Artikel: Majalah Angelos No.09. Edisi Januari-Pebruari, 2006), hal. 16.

[4] O. Eibefeld, Perjanjian Lama Ibrani-Indonesia (Jakarta: LAI, 1999), Hal, 364.

[5] J.D. Daouglas, Enslikopedi Alkitab masa kini jilid I (Jakarta: OMF, 1992), hal. 536.

[6] Septuaginta ialah Terjemahan tertua dan terpenting dari Perjanjian Lama ke dalam bahasaYunani.

[7] Ibid, hal. 538.

[8] Marjorie L. Thomson, Keluarga sebagai pusat pembentukan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), hal. 15.

Kualifikasi Istri Kristiani

Kualifikasi seorang istri Kristiani

Seorang istri Kristiani yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai pemilik atas hidupnya, pusat sembahan dan kekuatannya, harus memiliki kualifikasi-kualifikasi yang akan penulis sebutkan dibawah ini, yakni:

1. Istri yang sudah dilahirkan kembali.

Kelahiran kembali atau lahir baru adalah sebagai suatu tindakan oleh Roh Kudus, yang membawa perubahan dalam seluruh pandangan pribadi seseorang. Suatu perubahan yang dikerjakan oleh Roh Kudus yang membuat seseorang menjadi baru. Ia sekarang dapat dilukiskan sebagai manusia yang mencari, menemukan dan mengikuti Allah dalam Kristus. Hal itu terjadi karena ia mau mengundang dan menerima Yesus Kristus untuk menjadi Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya secara pribadi.

Seorang istri yang telah dilahirkan kembali dapat dilukiskan sebagai manusia dan mencari, menemukan dan mengikuti Allah dalam Kristus Yesus. Hal itu terjadi karena telah mengundang dan menerima-Nya untuk menjadi Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya secara pribadi. Ia percaya bahwa hanya dengan iman kepada-Nya saja jaminan keselamatan itu diperoleh. Ia satu-satunya jalan, yang mampu membenarkan manusia yang berdosa, yang mampu memberikan hidup yang kekal. “Kelahiran kembali diterjemahkan dari kata Yunani, Palingenesia yang secara harafiah berarti penciptaan kembali; pembaharuan pribadi dari kata Gennao yang berarti memperanakkan kembali atau melahirkan; dari kata Anakainosis, yang berarti membuat baru atau memperbaharui.[1]

Iman adalah tindakan untuk membuang segala kepercayaan pada sumber-sumber kekuatan sendiri, dan pasrah menyerahkan hidup tanpa syarat kepada rahmat Allah. Memegang seluruh janjinya di dalam Kristus Yesus dengan memautkan seluruh kepercayaan kepada-Nya yang genap seutuhnya demi keselamatan, dan kepada kekuasaan Roh Kudus. Iman mencakup kepercayaan yang utuh dan ketaatan yang mutlak kepada-Nya. Iman ialah sikap yang di dalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapatkan keselamatan, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16).

Prakarsa dalam hal kelahiran kembali berasal dari Allah dan Roh Kudus. Hal ini menyatakan bahwa dalam masalah Rohaniah manusia bukannya sama sekali pasif. Ia pasif dalam kelahiran kembali, dan Allah lah bertindak ke atas dirinya. Ia bertobat secara aktif, percaya kepada Kristus dan selanjutnya berjalan dalam hidup yang baru. Dalam hal kelahiran kembali, dapat dikatakan bahwa tidak ada perubahan dalam kepribadian seseorang. Sebelum kelahiran kembali, dosa mengendalikan dan membuatnya memberontak terhadap Allah, sekarang Roh Kudus mengendalikannya dan mengarahkannya kepada Allah. Orang yang lahir kembali berjalan menurut Roh, hidup dalam Roh, dipimpin oleh Roh.

2. Istri yang hidup dalam kekudusan

Kekudusan atau pengudusan memiliki pengertian bahwa Allah adalah kasih adanya, melakukan suatu tindakan untuk memisahkan, mengkhususkan, menyucikan seseorang pada saat Ia menyatakan imannya pada Yesus Kristus. Kekudusan atau pengudusan menekankan tentang arti posisi atau status seseorang dihadapannya. “Untuk menganggap seseorang, tempat atau sesuatu kudus, itu sama juga dengan menganggap obyek atau orang itu terpisah dari yang sekuler, yang lazim, dan yang kotor. Namun kekudusan tidak hanya berarti dipisahkan dari sesuatu, tetapi juga berarti dikhususkan untuk sesuatu.”[2]

Disamping menekankan tentang posisi atau status seseorang dihadapan Allah, kekudusan atau pengudusan adalah juga berkaitan dengan keadaan, atau proses yang mengarah kepada perubahan batin yang terjadi secara berangsur-angsur, yang menghasilkan kemurnian, keberadaan moral, dan pemikiran-pemikiran suci yang dinyatakan dalam perubahan-perubahan yang baik dan menurut kehendak-Nya.

Kekudusan adalah perubahan moral dan spiritual orang percaya yang sudah mengalami pembenaran, sudah dilahirkan kembali, sudah dikarunia hidup kekal oleh Tuhan Yesus. Mereka terus bertumbuh dan mengalami perubahan untuk menjadi serupa dengan citra-Nya. Dan Roh Kuduslah sebagai penggerak dalam pengudusan manusia. Sebagaimana pembenaran berarti pembebasan dari hukum dosa, demikian pula pengudusan berarti pembebasan dari pencemaran, dan kuasa dosa. Kekudusan yang sejati menuntut bahwa orang percaya tetap memelihara hubungan yang intim dengan Kristus, mempunyai persekutuan dengan sesama, membiasakan diri untuk berdoa, mentaati firman-Nya, peka terhadap kehadiran dan pemeliharaan-Nya, dan dipenuhi oleh Roh Kudus.

Kekudusan tidak digambarkan sebagai suatu proses meninggalkan dosa sedikit demi sedikit, namun digambarkan sebagai suatu tindakan seseorang secara tegas dimana ia oleh kasih karunia dibebaskan dan dilepaskan dari ikatan dosa. Ia langsung memusatkan dan melepaskan hubungan dengan dosa supaya dapat hidup untuk Allah.

Pada saat yang bersamaan, pengudusan digambarkan sebagai proses seumur hidup, di dalamnya umat Tuhan secara terus menerus mematikan perbuatan daging, dan secara berangsur-angsur diubah menjadi serupa dengan Kristus, bertumbuh di dalam kasih karunia, dan mengamalkan kasih terhadap Allah dan terhadap sesama[3]

Konsep mengenai kekudusan adalah sama dengan memisahkan diri dari yang jahat. Menurut Alkitab memisahkan diri artinya memisahkan diri secara moral dengan rohani dari dosa dan dari segala sesuatu yang bertentangan dengan firman Allah. Seorang istri dapat dikatakan kudus ketika ia mendekatkan diri kepada Allah dalam suatu persekutuan yang akrab dan intim melalui penyerahan diri, penyembahan dan pelayanan. Pemisahan merupakan suatu tindakan-Nya secara terus menerus bagi orang percaya. Tidak boleh tidak bahwa seorang istri harus menjadi kudus, berbeda dan terpisah dari orang kebanyakan supaya menjadi milik-Nya sendiri. Ia memerintahkan untuk memisahkan diri dari sistem dunia yang bejat dan dari tindakan kompromi dengan dosa. Juga memisahkan diri dari orang-orang yang berbuat dosa, dan yang menolak untuk bertobat. Memisahkan diri dari orang-orang yang membawa ajaran palsu dan yang menyangkal kebenaran firman Allah.

Setiap kita dalam pemisahan ini harus nampak dalam hal: (1). Membenci dosa, ketidak benaran, dan system dunia yang bejat, (2). Melawan doktrin palsu, (3). Kasih yang tulus terhadap mereka yang darinya kita harus pisahkan diri, (4). Takut akan Allah sementara kita menyempurnakan kekudusan[4]

Jika seorang istri mampu memisahkan diri dari dunia dan sistemnya yang jahat sebagaimana mestinya, maka Allah akan menyertai, memimpin, melindunginya. Bahkan Ia akan bertindak sebagai Bapa yang baik yang senantiasa akan memelihara kehidupannya. Ia akan menjadi penasehat dan pembimbingnya, yang mengasihi dan menghargainya sebagai Anak-Nya sendiri. Karena itu penolakan seorang istri untuk memisahkan diri dari yang jahat, akan mengakibatkan hilangnya persekutuan dengan Allah, penerimaan oleh-Nya, dan hak-hak sebagai Anak-Nya.

3. Istri yang memiliki moral yang baik

Ribka merupakan teladan bagi para calon istri. Disamping sebagai seorang gadis yang cantik, ia sanggup menjaga kesuciannaya, keperawanannya sebelum menikah. Seorang calon istri Kristen yang baik, harus hidup dalam kesucian supaya menjadi berkat bagi keluarganya. Jika ia tidak sanggup menjaga keperawanannya, maka hal tersebut menjadi aib baginya seumur hidupnya.

Ribka adalah seorang gadis yang masih perawan, yang sanggup menjaga kesuciannya. Dan seorang gadis yang masih perawan sebelum ia menikah adalah gambaran gadis yang baik dan takut akan Allah. Seorang yang takut akan Allah, akan hidup sesuai dengan pimpinan dan kehendak-Nya. Firman Tuhan menjadi kompas dalam hidaupnya. Karena pernikahan itu adalah kudus dan merupakan rancangan-Nya sendiri, maka kesuciannya haruslah dipelihara dan dijaga supaya tidak ternoda.

Sebelum calon istri mengikrarkan janji pernikahan dengan suaminya di hadapan Tuhan dan jemaat, dan diteguhkan dalam nikah yang kudus, ia wajib hidup sesuai dengan norma-norma Kristiani. Melakukan persetubuhan sebelum menikah adalah perbuatan yang tercela; suatu hal yang tidak dikehendaki Allah. “Hubungan seks sebelum pernikahan mempunyai pengaruh yang rusak terhadap sikap-sikap dan konsep-konsep tentang seks. Kaum muda biasanya menganggap seks sebagai sesuatu yang indah dan dinanti-nantikan bila sebelum nikah tidak melakukan percobaan seks”.[5]

Godaaan-godaan untuk melakukan praktek persetubuhan sebelum menikah hanya dapat diatasi dengan memperkuat nilai-nilai kehidupan kekristenan. Itu berarti bahwa para calon istri perlu bersabar sehingga tidak tergoda, berdoa dan memperdalam serta melaksanakan firman Tuhan dalam kehidupanya.

4. Istri yang memiliki kecantikan batiniah

Tidak dapat disangkal setiap orang tertarik kepada kecantikan fisik. Semua manusia tertarik kepada yang cantik karena hakekatnya mereka adalah makhluk yang artistic, suka akan keindahan termasuk kecantikan. Tidaklah heran jika ada orang yang sangat mendambakan bahkan memberhalakan kecantikan itu. Tetapi yang dimaksud oleh Alkitab diartikan dari segi ketertarikan dan kecocokan.

Seseorang adalah cantik karena dia berkesan menarik dan terasa cocok, sehingga ketika seseorang berada didekatnya menimbulkan rasa gembira, senang dan puas. Kecantikan bukanlah semata-mata ditentukan oleh sifat-sifat fisik sementara, tetapi watak, sikap dan tingkah laku serta nilai-nilainya yang terbentuk melalui pengetahuan yang dipelajari dan pengalaman yang dialami bersama Tuhan. Banyak orang yang sangat menarik, namun kehilangan daya tariknya setelah diketahui sifat-sifat interennya, sebaliknya ada pula orang yang kurang menarik menjadi sangat menarik setelah diketahui akan sifat-sifatnya yang baik. Berbicara tentang kecantikan, adalah keseluruhan sifat-sifat yang baik dan luhur yang terkandung dalam pribadi seseorang yang menimbulkan daya tarik dan rasa cocok serta menimbulkan rasa gembira, senang dan puas pada orang-orang yang dekat dengannya.

Seluruh bangsa Israel bangga atas nenek-nenek perempuannya yang elok ini! Israel melihat dan memperhatikan kecantikan dan keelokan baik dari laki-laki maupun dari perempuan. Tetapi Israel tidak pertama-tama mencari keelokan rupa dan kecantikan wajah, melainkan lebih dahulu memperhatikan kebaikan budi dan hati bahkan mengutamakan seorang perempuan yang takut akan Allah. [6]

Kecantikan batiniah atau inner beauty itu lebih dari pada kecantikan secara fisik. Oleh karena itulah perempuan harusnya lebih memperhatikan ini.

B. Tokoh Istri yang Bijak dalam Alkitab

1. Gadis Sulam

Salomo memiliki istri sebanyak 1000 orang, namun ada 1 orang dari istrinya yang paling disenangi dan disayangi oleh Salomo. Dia bukanlah orang yang cantik secara fisik namun dia hitam dan tidak mempunyai tubuh yang indah. Walaupun demikian ada rahasia yang dimiliki oleh istri sulamnya ini, sehingga Salomo mencintai dia lebih dari pada yang lainnya.[7] Kita akan melihat hal-hal apa saja yang dimiliki oleh si gadis sulam ini, sehingga ia yang paling disayangi?

a. Suka memuji

Lihat, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu. Lihatlah tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik, sungguh sejuk petiduran kita. (Kid 1:15). “Dalam Kidung Agung, penuh dengan pujian antara Salomo dengan gadis Sulam, diantaranya dalam prikop ke dua (Kid 1:9-Kid 2:7, juga Kid 5:9 – Pasal 6, 7:5).”[8] Mengapa Salomo begitu mencintai gadis Sulam?, salah satunya ialah dia istri yang suka memuji suaminya. Kalau seluruh Kitab penuh dengan saling memuji, maka itulah pola komunikasi diantara mereka. Itulah pola komunikasi yang seharusnya diantara suami dan istri.

Pujian merupakan apresiasi, pujian memberikan penerimaan dan motivasi, pujian memberikan damai sejahtera, pujian besar kuasanya. Pujian memberikan penerimaan, memberikan rasa senang bagi yang menerimanya, rasa dihargai. Suami istri disatukan dalam pernikahan untuk saling memuji bukan untuk saling menyerang dan saling menyalahkan.

b. Menerima dirinya sendiri

Memang hitam aku, tapi cantik, hai putrid-putri Yerusalem, seperti kemah orang kedar, seperti tirai-tirai orang Salma (Kid 1:5). “Mengapa gadis Sulam kelihatan cantik? Jawabannya adalah dia orang yang mau menerima dirinya sendiri, dia orang yang mempunyai citra diri yang baik. Gadis Sulam berkata: “memang aku hitam, tetapi cantik, bukan aku cantik, tetapi hitam”[9], Ini dua hal yang berbeda. Dia tidak menutupi hitamnya, justru dia katakana kepada putri-putri Yerusalem, bahwa dia memang hitam, dia menerima, mengakui dan bersyukur kalau dia hitam.

Orang akan kelihatan lebih cantik dan cakap, ceria apabila orang tersebut bisa bersyukur, bisa menerima dirinya sendiri. Sikap ini juga sebenarnya yang menjadi kunci untuk bisa memuji orang lain. Orang yang tidak bisa memuji orang lain sebenarnya orang yang tidak menerima dirinya sendiri. Gambar diri atau citra diri adalah bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri. Citra diri akan mempengaruhi bagaimana seseorang akan membawakan dirinya dan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain. Gambar diri yang baik, merupakan fondasi yang kuat dalam komunikasi dengan orang lain, termasuk dalam kebahagiaan pernikahan dalam hidup ini.

c. Cepat menyelesaikan masalah

Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah kecil yang merusak kebun-kebun Anggur, kebun-kebun Anggur kami yang sedang berbunga (Kid 2:15). Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama jenis rubah, cerpelai, tupai dan sejenisnya adalah kerusakan kecil. Namun sering kerusakan kecil itu justru menjengkelkan.

“Gadis Sulam tidak mau ada rubah-rubah, bahkan ynag kecil sekalipun di Kebun Anggurnya. Ini menggambarkan “attitude” / sikap si Gadis Sulam untuk menyelesaikan hal-hal kecil yang berpeluang menimbulkan kejengkelan”.[10] Adapun maksud dari rubah-rubah itu adalah dosa-dosa kita. Di dalam Alkitab, jelas dikatakan bagaimana hubungan antara Kristus dan jemaat. Singkirkanlah dosa-dosa kecil, kebiasaan buruk yang sering kita lakukan seperti halnya berbohong dan merokok dan lain-lain.

d. Menguasai Lidah

Bibirmu meneteskan madu murni, pengantinku, madu dan susu ada di bawah lidahmu, dan bau pakaianmu seperti gunung Libanon. (Kid 4:11)

Mengapa Salomo mencintai gadis sulam lebih dari para permain suri lainnya? Karena Gadis Sulam adalah wanita yang menguasai lidahnya. Selain penuh pujian atau puji memuji dari mulutnya keluar juga kata-kata yang seperti madu dan susu dan seperti anggur. Madu dan susu artinya ada vitaminnya, kata-kata berisi, bukan kata-kata sia-sia, bukan kata-kata kosong. Sebenarnya boleh saja marah kalau untuk mendidik, tetapi harus dengan kata-kata positif atau kata-kata pengajaran. Misalnya: anak malas atau suami malas, jangan katakana; “Anak malas!” “suami pemalas, dasar pemalas!”. Katakan; “anak mama tidak boleh malas” “anak baik tidak boleh malas”.

Di dalam Amsal 31:26, dikatakan: “Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya”. Kata-kata gadis Sulam hangat seperti anggur. Kata-kata hangat adalah kata-kata dorongan, kata-kata yang membangun, bukan menghakimi atau menjatuhkan. Gadis Sulam tidak seperti wanita lain pada umumnya, yang cerewet, bawel, dan banyak omong, walaupun sebenarnya menurut psikolog wanita 1 hari harus berbicara minimal 500-5000 kata. Tetapi gadis sulam itu menghabiskannya dengan berdoa dan menyembah Tuhan..

e. Hidup apa adanya

Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, Juita seperti Yerusalem, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya (Kid.6:4)

Mengapa Salomo mencintai gadis Sulam lebih dari yang lainnya? Gadis sulam adalah orang yang hidup apa adanya, alami, tidak ada dalam kepura-puraan. Kecantikannya diumpamakan kota Tirza, kota yang terkenal indah karena pemandangan alamnya. Sering orang mengeluh, karena pasangannya hidup dalam kepura-puraan, tidak terbuka, menyembunyikan sesuatu, seolah-olah hutan belantara yang penuh rahasia yang hatinya seperti lautan yang tak terduga.

“Kepura-puraan dan kebohongan hanya akan membuat orang akan hidup dalam kesendirian dan kesepian, pasangannya akan penuh kecurigaan, hilang damai sejahtera”.[11] Jika seseorang berbohong atau meyimpan rahasia terhadap pasangannya, maka pasangannya akn bertanya-tanya dalam hatinya, ada apa lagi yang masih dirahasiakan? Dan ini merusak hubungan, karena merasa tidak aman, merasa tidak dipercaya dan tidak dikasihi. Salah kunci membangun hubungan dengan orang lain adalah kepercayaan, dan kejujuran adalah tiang utama untuk membangun kepercayaan.

f. Komunikasi yang baik

Palingkanlah matamu padaku, sebab aku menjadi bingung karenanya (Kid 6:5). Mengapa Salomo begitu mencintai gadis Sulam lebih dari yang lainnya? Gadis sulam berkomunikasi dengan Salomo dengan cara yang indah sekali, mereka berbicara dengan saling melihat. Beberapa suami-istri, berbicara sambil baca Koran, yang lainnya malah muak kalau lihat muka pasangannya, atau bahkan tidak pernah ada waktu untuk mendengar pasangannya berbicara! Ada juga yang berbicara, tetapi hanya seperlunya. Ada juga yang lewat pembantu, lewat anak bahkan berdiam diri saja.

C. Perintah-perintah Allah Kepada Istri

Di dalam Alkitab baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Allah memberikan ketetapan atau perintah kepada istri sebagai pendamping dan penolong yang sepadan bagi suaminya. Ketetapan atau perintah ini tidak boleh tidak harus dilakukan tanpa syarat. Ini merupakan kehendak Allah bagi para istri supaya rumah tangga mereka menjadi rumah tangga yang diberkati dan berbahagia sesuai dengan maksud dan rencana-Nya.

Ketetapan atau perintah yang diberikan oleh Allah bagi istri dapatlah diuraikan sebagai berikut:

1. Istri harus menghormati suami

Allah telah memberikan perintah-perintah untuk memberitahukan bagaimana istri seharusnya berkelakuan terhadap suaminya. Istri harus menghormati suaminya karena suami adalah kepala atas istri, dan karena hal-hal yang baik dalam diri suaminya. Ia akan mendapati banyak hal yang baik karena menghormati suaminya. Paulus menulis, “Bagaimana juga, bagi kamu masing-masing berlaku; kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri hendaklah menghormati suaminya” (Ef 5:33).

Seorang istri yang melihat kesalahan-kesalahan suaminya hendaknya memaafkan dan mendoakan suaminya. Ia seharusnya ingat akan kesalahan-kesalahan dirinya sendiri dan ingat pula bahwa setiap orang tidak luput dari kesalahan. Ia hendaknya mengingat kebaikan-kebaikan suaminya. Ia harus menghormati suaminya dengan tulus hati.

Di dalam rencana Allah, istri sangat penting bagi suaminya. Dialah penolong yang diciptakan Allah bagi suaminya. Karena itu penting sekali bagi seorang istri untuk menghormati suaminya. Penghormatan memberikan kuasa kepada suaminya untuk memimpin keluarganya dan melakukan pekerjaannya, serta memberikan pengharapan dan keberanian kepada sang suami. Sarah menjadi teladan bagi para istri. Ia sungguh-sungguh menghormati suaminya, bahkan Abraham, suaminya disebut dan dipanggil tuan. Suatu sikap yang benar-benar menaruh respek dan hormat kepada suami yang adalah kepala atas rumah tangga. “Menamai dia tuannya mungkin ada hubungannya dengan Kejadian18:12, dimana kata suami juga dapat berarti tuan atau penguasa”.[12]

Seorang istri diperintahkan untuk menghormati suaminya sendiri. Apabila ia menghormati suaminya, lebih mudahlah baginya untuk mentaati suaminya. Penghormatan terhadap suaminya memberikan puijian kepada suami, serta membawa sukacita dan keagugan pada pernikahanya. Penghormatan adalah suatu perasaan di dalam hati. Perasaan di dalam hati itu akan melahirkan perbuatan yang tampak dari luar. Penghormatan istri terhadap suami akan menguatkan kehidupan mereka bersama, akan membina kesatuan mereka, yang pada akhirnya menyebabkan hidup mereka berbahagia. Bila istri mengkritik suaminya, sebenarnya sikap yang seolah-olah mengatakan, “saya lebih dari kamu”.

Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimana engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu” (Mat. 7:1-5)

Adalah lebih bijak agar seorang istri selalu memohon kepada Allah untuk menunjukkan kegagalan-kegagalannya dan mengizinkan Dia untuk mengerjakan hal terbaik sebagaimana dikehendaki-Nya terhadap suaminya. Seorang istri harus menjadikan sebagai suatu kebiasaan apabila ia tidak memiliki keinginan untuk mengubah diri suaminya, namun ia harus memohon agar Kristus menunjukkan kepadanya kesalahan-kesalahannya sendiri. Jika dengan rendah hati ia menganggap suaminya lebih utama dari dirinya sendiri, maka kritik ataupun sikap membenarkan diri sendiri akan hilang.

Seorang istri tidak boleh mencoba mengubah suaminya dengan menggunakan caranya sendiri. Meskipun istri merasa berhasil dalam hal tertentu dan membuat suaminya terpaksa menyerah, ia mungkin hanya ingin menjaga kedamaian dalam rumah tangga. Setelah suatu priode tertentu, sikap istri yang menguasai ini dapat mengembangkan sikap dingin dalam diri suaminya, dan pada akhirnya memadamkan cintanya. Istri mungkin akan memenangkan sedikit pertempuran, tetapi ia akan kalah dalam perang.

2. Istri harus mentaati suaminya

Pernikahan dalam rumah tangga menggambarkan Kristus dan jemaat. Alkitab banyak memberikan pelajaran kepada suami dan istri. Laki-laki itu seharusnya menjadi kepala yang sama seperti Kristus. Ia mencukupi segala kebutuhan istri dan keluarganya, memelihara mereka dengan kebutuhan jasmani dan rohani, dia juga yang menjadi imam dan pemimpin dalam rumah tangganya. Ia yang mengambil keputusan-keputusan yang bijaksana, dan menjadi teladan yang baik.

Seorang istri yang baik dan yang takut Tuhan, harus menghormati suaminya karena suami adalah kepalanya, dan karena hal-hal yang baik di dalam suaminya. Ia seharusnya mentaati suaminya dengan rela dan bukan karena terpaksa. Bagi Allah hal tunduk berarti dengan rendah hati dan penuh pengertian mematuhi suatu kuasa atau seseorang yang berwenang yang telah ditetapkan. Teladan yang diberikan-Nya ialah gereja yang tunduk kepada pemerintahan Kristus. Hal itu sama sekali tidak berarti merendahkan gereja, namun malahan merupakan kemuliaannya. Karena di dalam Efesus 5:22 dijelaskan, “hai istri, tunduklah kepada suamimu sama seperti kepada Tuhan”.

Allah memberikan hukuman yang mengharuskan istri taat kepada suaminya bukan karena Ia menaruh dendam terhadap wanita. Sebaliknya, Ia meneguhkan peraturan itu demi melindungi kaum wanita dari keselarasan rumah tangga. Ia bermaksud agar wanita dijauhkan dari pengalaman-pengalaman yang kasar dalam hidup ini. [13]

Allah telah memberikan kepada para istri kesempatan untuk memilih taat atau tunduk dengan sukarela sebagaimana Yesus juga memilih untuk tunduk kepada Bapa-Nya. Walaupun dalam rupa Allah, Ia tidak menggangap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati dikayu salib. Itulah sebabnya Allah meninggikan Dia. Jadi Ia tidak menghormati orang-orang yang menggenggam hak-haknya melainkan yang kemauan sendiri memilih untuk patuh kepada-Nya.

Peranan istri yang sifatnya tunduk kepada suami itu tidak mematikan kepribadiannya sendiri. Bahkan sebaliknya, hal itu menyediakan lingkugan yang terbaik baginya, supaya daya cipta dan kepribadiannya dapat berkembang dengan pesat. Itulah cara Allah untuk memanfaatkan karunia-karunia yang ada padanya: kecerdasan, pengertian-pendapat dan pertimbangan. Pada waktu yang bersamaan Allah tidak membebaninya dengan wewenang dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan. Peranan istri yang bersifat tunduk kepada suami itu perlu, bukan hanya untuk kebaikan dirinya sendiri, tetapi sebab peranan itu ikut membantu mempertahankan keseimbangan baik dalam keluarga maupun masyarakat pada umumnya. Hal tunduk bukan semata-mata tindakan lahiriah saja, tetapi merupakan sikap hati. Seorang istri dapat mengeluarkan pendapatnnya dengan tegas dan bahkan secara terang-terangan, asalkan didalam hatinya dia tetap menghormati suami dan benar-benar merelakan dan mengijinkannya untuk mengambil keputusan yang terahir.

Seorang istri harus tunduk dan mentaati suaminya bukan karena ia dianggap kurang penting dari pada suaminya, bukan pula karena ia adalah budak suaminya. Allah memerintahkan supaya istri taat karena inilah rencana yang paling baik untuk suatu pernikahan. Apabila dua orang menikah, mereka menjadi satu ciptaan baru. Sebagai ciptaan memerlukan kepala sebagai pemimpin. Ia diberi perintah untuk mentaati suaminya, sebagimana semua orang Kristen seharusnya taat kepada Kristus.

Seorang istri harus mentaati dalam segala sesuatu. Hal ini bukan berarti bahwa ia harus mentaati suaminya dalam hal-hal berdosa. Bagi beberapa istri mungkinkah hal itu nampak sulit, dan mereka tidak mau mentaatinya. Akan tetapi perlu diingat bahwa Allah tidak pernah memberikan perintah-perintah yang membahayakan manusia, termasuk para istri. Semua perintah itu baik, yang akan menolong umat-Nya dan membangun iman mereka.

Seorang istri harus mengambil sikap mentaaati suaminya rela. Ia tidak perlu menunggu sampai dipaksa supaya taat. Sebaliknya ia harus mentaati suminya atas kerelaaannya sendiri. Jika ia tidak taat maka ia melanggar perintah Allah. Ia seharusnya mengambil sikap mentaati suaminya karena ia mengasihi Allah. Ia ingin mengikuti rencana-Nya untuk pernikahan. Ia taat bukan karena ia takut dipukul, tetapi ia taat atas kerelaannya sendiri.

Seorang Istri Kristen seharusnya taat kepada suaminya dengan rela. Ketaatannya menunjukkan bahwa ia menghormati pernikahan mereka. Ia menghormati kedudukannya sebagai seorang Istri. Ia menghormati karena rencana Allah untuk pernikahan. Apabila ia taat, suaminya dapat menjadi kepala seperti yang diperintahkan oleh-Nya.

Allah memberikan kepada setiap istri pekerjaan yang terhormat yaitu agar mentaati suaminya. Ia harus mentaati kepemimpinan suaminya. Beberapa orang berpendapat bahwa perintah itu hanya berlaku bagi para istri yang tidak berpendidikan. Tidaklah demikian. Perintah Allah ini juga ditujukan kepada istri-istri yang pandai dan terpelajar. Perintah ini berlaku untuk semua istri, untuk semua suku dan bangsa. “Seorang istri yang bijaksan akan selalu bersikap hormat pada suaminya. Bukan hormat di bibir saja melainkan dalam segala perbuatan menunjukkan penghormatan terhadap kepala keluarga yaitu suami”.[14]

Seorang istri yang pandai sekalipun seharusnya ia mentaati suaminya. Hal ini bukan berarti ia harus taat tanpa membicarakannya sama sekali. Ia boleh mengetahui beberapa alasan mengapa hal itu tidak baik dilakukan.

Suami dan istri hendaknya berbicara satu sama lain. Mereka seharusnya saling membagikan kebijaksaan yang diberikan Allah kepada mereka. Meskipun demikian keputusan terakhir terletak di tangan suami. Beberapa orang mungkin akan bertanya apakah seorang istri harus mentaati suaminya jika suaminya bukan seorang Kristen? Ia harus tetap taat kepada suaminya. Ia harus mentaati serta menghormati suaminya, dan memelihara kehidupan yang suci meskipun suaminya bukan seorang Kristen. Kelakuan-kelakuannya yang baik mungkin akan menolong suaminya. Petrus menulis, “Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada diantara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimegahkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka” (I Ptr. 3:1-2).

Kelakuan baik seorang istri itu akan memenangkan suaminya yang bukan Kristen bagi Tuhan Yesus. Akan tetapi bagaiman jika seorang suami yang bukan Kristen itu menyuruh istrinya berbuat dosa? Mungkin saja hal itu terjadi. Namun seorang istri yang takut dan mengasihi Tuhan hendaknya bersikap rendah hati dan penuh hormat terhadap suaminya. Ia harus menerangkan apa sebabnya ia tidak dapat mentaati suaminya. Di dalam hal-hal lain ia harus tetap taat kepada suaminya. Ia harus berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya sehingga suaminya tidak dapat mempersalahkan dia di dalam hal apapun. Penghormatan dan ketaatan istri dapat menolong suaminya menjadi seorang Kristen. Setiap istri baik yang baru menikah maupun yang lama menikah, harus mentaati perintah-perintah Allah ini. Ia harus taat baik terhadap suaminya yang keras dan kasar. “Apabila istri Kristen menyerahkan dirinya kepada Kristus dan membiarkan Dia menjadi Tuhan dalam kehidupanya, ia tidak akan mengalami kesulitan dalam hal tunduk kepada suaminya”.[15]

3. Istri harus mengasihi suami

Perempuan diciptakan menurut gambar Allah. Oleh karena itu ia adalah seorang pribadi yang berharga. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sebagai orang-orang yang berharga. Ia menciptakan pernikahan untuk kebaikan mereka berdua. Karena pernikahan Kristen diikat oleh kasih yang abadi, maka suami dan istri harus saling mengasihi. Ini merupakan perintah-Nya.

Kasih suami dan istri akan menciptakan kehidupan sehari-hari yang berbahagia. Kasih itu bukanlah kasih duniawi semata-mata, karena kasih duniawi hanya senang jika dilayani dengan sebaik-baiknya, lebih senang menerima daripada memberi. Tetapi kasih yang dikehendaki Allah bagi para suami dan para istri ialah kasih yang seperti kasih Tuhan Yesus. Dalam kitab Rut dijelaskan bagaimana kisah Rut terhadap suaminya Kilyon. Ia adalah seorang kafir, namun ketika suaminya meninggal, kasihnya tidak luntur. Karena kasihnya iru kepada suaminya ia rela mengikuti Naomi, mertuanya untuk bersama-sama pulang ketanah Yehuda. Salomo menulis, “Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya” (Ams. 31:12).

Seorang istri harus mengasihi suaminya dengan kasih yang selalu ingin memberi. Ia harus mengasihi suaminya lebih dahulu karena ia adalah kepala atas istri. Bahwa suami da istri terutama harus mengasihi Allah. Seorang istri Kristen harus mengasihi-Nya, dan mengasihi suminya. Yang pertama-tama harus dikasihi oleh seorang istri ialah suaminya, bahkan mereka setelah punya anakpun, istri harus mengasihi suaminya terlebih dahulu. Di beberapa rumah tangga, mungkin saja istri melupakan persekutuan dengan suaminya. Ia lebih banyak mencurahkan kasihnya kepada anak-anaknya. Sikap ini tidak baik. Suami dan istri harus bersama-sama mengasihi anak-anak mereka. Akan tetapi kehadiran anak-anak itu tidak boleh mengurangi kasih di antara suami dan istri.

Halangan utama yang membuat orang-orang beriman tidak saling menunjukkan kasih satu sama yang lain adalah kecendrungan untuk menunggu datangnya suatu perasaan yang mendorong mereka untuk melakukan suatu tindakan kasih. Padahal kasih bukanlah suatu perasaan. Karena Allah adalah kasih, kita dapat menyimpulkan bahwa kasih adalah mempraktekkan firman Allah. Jika kita bersedia melakukan hal ini, kita akan menumbuhkan buah Roh kasih dalam hidup kita. Tetapi sayang, sudah terlampau sering kita menunggu timbulnya perasaan seperti itu sehingga banyak waktu berlalu tanpa ada hasil yang kita capai dalam hidup kita dalam hal pengelolaan buah Roh kasih.[16]

Seorang istri harus mempunyai kasih yang sama seperti Tuhan Yesus Kristus. Kasih di antara suami dan istri memberikan kekuatan kepada anak-anak. Anak-anak merasa aman apabila mereka melihat kedua orangtua mereka sungguh-sungguh saling mengasihi. Mereka merasa senang karena orang tua mereka tidak suka bertengkar. Kasih diantara orang tua menciptakan suasana aman bagi anak-anak.

Yang pertama-tama harus dikasihi oleh sang istri ialah suaminya. Ia seharusnya mempunyai kasih yang sama seperti Kristus. Kasih inilah yang menyebabkan mereka sanggup mengasihi dan memelihara anak dengan benar. Di dalam pernikahan sering ditemukan berkat-berkat kasih duniawi, kasih yang hanya mau menerima. Akan tetapi kasih ini tidak akan cukup kuat untuk mempertahankan kehidupan keluarga sehari-hari. Kehidupan keluarga Kristen memerlukan kasih Tuhan Yesus yang rela membahagiakan dengan memberi kepada orang lain. Mereka harus memohon supaya Allah menaruh kasih-Nya di dalam hati mereka.

Yang menyebabkan kasih Tuhan Yesus membahagiakan ialah melayani orang lain. Kasih seperti ini mau memberi dan membahagiakan orang lain. Kasih seperti ini sanggup mengampuni kesalahan dan kekerasan pihak lain. Kasih seperti ini yang seharusnya dimiliki oleh seorang istri. Ia tidak boleh meninggalkan suaminya apabila ia merasa tersinggung oleh kekasaran suaminya. Ia hendaknya dapat memaafkan suaminya dan tetap mengasihi suaminya dengan tulus. Ia hanya dapat menerima kasih itu dari Allah. Tidak ada seorangpun yang mempunyai kasih seperti itu di dalam diri mereka sendiri. Mereka hanya menerima kasih seperti itu dari Allah.

4. Istri harus menciptakan suasana nyaman di dalam rumah tangganya

Seorang istri harus mampu hidup bijaksana. Ini berarti bahwa ia harus memakai pikiran yang baik yang dikaruniakan Allah kepadanya. Menciptakan suasana kehidupan keluarga yang baik di dalam rumah tangga adalah suatu pekerjaan yang sulit. Ia memerlukan semua kekuatan dan kebijaksaan supaya ia berhasil.

Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaknya mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang (Tit 2:3-5).

Allah menghendaki supaya orang Kristen memiliki kehidupan keluarga yang baik, agar firman Allah jangan dihujat orang. Ini berarti supaya orang tidak akan mengatakan yang tidak baik dengan firman-Nya. Jika orang Kristen memiliki kehidupan keluarga yang tidak baik, orang lain akan menanggapi bahwa menjadi orang Kristen itu kurang baik. Keluarga Kristen seharusnya memiliki kehidupan keluarga yang baik. Di dalam keluarga Kristen hendaknya terdapat kasih, persekutuan, pengajaran, penghiburan dan perdamaian. Apabila orang lain melihat kehidupan keluarga Kristen yang baik, mereka akan memuliakan Allah.

Seorang istri dapat mengerjakan banyak hal untuk menciptakan suatu kehidupan keluarga yang baik. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan terhormat. Pekerjaan ini memerlukan kebijaksanaan dan kekuatan. Ada banyak orang yang salah mengartikan tentang pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh seorang istri di rumah. Sejak dahulu banyak yang percayakan bahwa rumah adalah suatu tempat yang terhormat, namun ada juga yang beranggapan bahwa rumah itu tidak penting. Mereka berpendapat bahwa seorang istri harus bekerja di rumah karena ia kurang cerdas. Ini pendapat yang keliru. Di dalam rencana Allah, rumah tangga dan keluarga itu sangat penting. Pekerjaan untuk menciptakan suatu kehidupan keluarga yang baik adalah suatu pekerjaan yang terhormat. Salomo mampu menjadi raja yang berhasil dalam memimpin bangsa Israel di zamannya, oleh karena peran Betseba, ibunya. Ibu yang berperan unutk mendidik anaknya dalam suasana rumah tangga yang baik. “Suatu kecendrungan orang tua yang merasa dituntut untuk menjadi pemimpin rohani dan untuk menjadi contoh dalam segala sesuatu ialah mendorong anak-anaknya untuk berbuat demikian”.[17]

Allah menginginkan bahwa istri mampu melakukan pekerjaan yang baik dan terhormat di dalam rumah tangganya karena rumah tangga sangat penting di hadapan-Nya. Di dalam rumahlah anak-anak mempelajari firman Allah dari orang tua mereka. Di dalam kehidupan keluarga yang baik anak-anak akan merasa aman dan dikasihi. Karena itu istri harus mampu menciptakan kehidupan keluarga yang baik, dan mampu memelihara suasana nyaman di rumah. Dalam suasana seperti itu, suami dan istri dapat bebas mengungkapkan perasaan, pikiran dan keyakinan secara jujur dan terbuka”.[18]

Seorang istri harus mampu memakai waktu dan kebijaksanaannya untuk menjadikan ruamah tangganya sebagai suatu tempat yang menyenangkan. Ia harus berusaha supaya ada di ruamah untuk menyambut anak-anaknya apabila mereka pulang dari sekolah. Ia harus mau mendengarkan mereka, menolong mereka dan menghibur mereka. Ia akan mengawasi mereka bermain supaya mereka belajar tentang hal-hal yang tidak baik.

Anak-anak akan merasa kesepian, merasa dilupakan atau tidak dikasihi apabila pulang dari sekolah, ibunya tidak ada di rumah atau tidak mempunyai waktu untuk berbicara dengan mereka. Mereka akan pergi ke suatu tempat di mana mereka dapat menemukan orang yang dapat diajak bicara. Karena itu di dalam sebuah rumah tangga Kristen, istri harus berusaha keras untuk memelihara anggota-anggota keluarga. Ia harus menyusun rencana yang matang supaya suami, anak-anaknya merasa nyaman.



[1] Esiklopedi Alkitab Masa Kini 1 (Jakarta Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999), hlm. 627.

[2] Randy Clark, kuasa Kekudusan & Penginjilan (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2004), hlm.19.

[3] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1996), hlm. 2099

[4] Ibid, hlm. 1928.

[5] HerbertJ. Miles, Sek Sebelum Pernikahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), hlm . 39.

[6] Walter Lempp, Kitab Kejadian 12:4-25:18 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm. 304.

[7] Winarko Jarot, Kidung Agung, (t,tp, Suara Pemulihan), hlm. 5

[8] Ibid.,hlm.14

[9] Ibid.,hlm.17

[10] Ibid.,hlm. 21

[11] Ibid.,hlm. 19

[12] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1996), hlm. 824.

[13] Larry Christenson, Keluarga Kristen (Semarang: Yayasan Persekutuan Betani, 1992), hlm.30.

[14] Sarumpaet, Op.,cit, hlm. 60.

[15] Warren W. Wiersbe, Kaya Di Dalam Kristus ( Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2001), hlm. 134.

[16] Ibid., hlm.38.

[17] Ny. Eddy Wiriadinata dkk, Istri Gembala Sidang (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2001 hlm.54.

[18] H. Norman Wright, Komunikasi Kunci Pernikahan Bahagia (Yogyakarta:Gloria Graffa, 2003), hlm. 172.